Tirani Matahari Terbit| Kemunculan Jepang Ke Indonesia

Peristiwa pengeboman Pearl Harbour yang memamerkan kemenangan Jepang terhadap Sekutu pada PD II dalam insiden Perang Pasifik. Peristiwa itu sudah membuka jalan bagi Jepang untuk memasuki negara di Asia , tergolong Indonesia.  Perlu dipahami bahwa “rentetan kemenangan yang diraih serdadu Jepang sejak melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk menduduki tanah Hindia Belanda”. Kedatangan “saudara tua” , sebagaimana Jepang menyebut dirinya , mula-mula disambut dengan sarat impian , namun kemudian mengecewakan rakyat. Walaupun demikian , pendudukan Jepang membuka sejarah gres bagi Indonesia”. Sejarah gres yang menyerupai apa?

Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8 Desember 1941 , serangan terus dilancarkan terhadap angkatan bahari Amerika Serikat di Pasifik. Serangan-serangan itu seolah-olah tak sanggup dibendung oleh Amerika Serikat. Pasukan Jepang sukses merusak basis-basis militer Amerika menyerupai di Filipina. Kemudian serangan Jepang juga diarahkan ke Indonesia. Serangan terhadap Indonesia berencana untuk menemukan cadangan logistik dan materi industri perang , menyerupai minyak bumi , timah , dan aluminium. Sebab , persediaan minyak di Indonesia diperkirakan sanggup memadai keperluan Jepang selama Perang Pasifik.
Pada Januari 1942 , Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara Jepang ini masuk ke Indonesia lewat Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia berupaya membatasi , namun kekuatan Jepang tidak sanggup dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang berbarengan dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudian menyerang Sumatra sehabis sukses memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melaksanakan serangan ke Jawa (Februari 1942).

Pada tanggal 1 Maret 1942 , kemenangan serdadu Jepang dalam Perang Pasifik memamerkan kesanggupan Jepang dalam menertibkan wilayah yang sungguh luas , yakni dari Burma hingga Pulau Wake di Samudra Pasifik. Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai , Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa selaku sentra pemerintahan Hindia Belanda.

Untuk menghadapi gerak invasi serdadu Jepang , blok sekutu yang terdiri atas Belanda , Amerika Serikat , Australia , dan Inggris membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang. Letnan Jenderal Ter Poorten diangkat selaku Panglima ABDACOM. Namun kekuatan ABDACOM tidak dapat menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara itu , Gubernur Jenderal Carda (Tjarda) pada Februari 1942 sudah mengungsi ke Bandung.

Dalam peperangan di Laut Jawa , Angkatan Laut Jepang sukses merusak pasukan campuran Belanda-Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang sukses lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu , Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu ditangani di tiga tempat , yakni di Banten dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishori , dan pendaratan di sekeliling Bojonegoro dikoordinasi oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak disangka oleh Belanda jika ternyata digunakan pendaratan serdadu Jepang. Sementara itu Jepang tidak menyerang Jakarta , alasannya yakni pada di saat itu Jakarta disiapkan oleh Belanda selaku kota terbuka.

Untuk menghadapi pasukan Jepang , bahwasanya Sekutu sudah merencanakan diri , yakni antara lain berupa serdadu campuran ABDACOM , ditambah satu kompi Kadet dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah , sudah disiapkan empat batalion infanteri , sedangkan di Jawa Timur terdiri tiga batalion pasukan santunan Indonesia dan satu batalion marinir , serta ditambah dengan satuan-satuan dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian , serdadu Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sungguh besar , sukses merebut tiap tempat nyaris tanpa perlawanan.

Pasukan Jepang dengan segera menyerbu pusat-pusat kekuatan serdadu Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa lainnya juga jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat terhadap Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan ini ditangani di Kalijati , Subang. Penyerahan Belanda terhadap Jepang kemudian dimengerti dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian , berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada di bawah pendudukan serdadu Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun , Belanda secepatnya mendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di Australia di bawah pimpinan H.J. Van Mook.

Menyimak dari gerakan serdadu Jepang untuk menguasai Indonesia berjalan begitu cepat itu memang menarik. Hal ini ada kaitannya dengan pertumbuhan sebelumnya. Sejak Jepang atau Negeri Sakura atau Negeri Matahari Terbit berubah menjadi negara industri dan tampil selaku imperialis , Jepang mulai memerlukan daerah-daerah baru. Salah satu tempat gres yang dimaksud yakni Indonesia. Keinginan Jepang untuk menguasai Indonesia alasannya yakni Indonesia kaya akan sumber daya alam yang sanggup dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang.

Jepang dengan slogan Hakko Ichiu yang diperkenalkan oleh Kaisar Jimmu yakni dogma untuk menguasai dunia dan satu-satunya kekaisaran. Doktrin Hakko Ichiu ini kemudian dimodifikasi selaku alat propaganda dan alat politik untuk meraih tujuan pemerintah Jepang. Slogan ini juga diilhami oleh pedoman Shintoisme yang menemukan dan menggabungkan semua tradisi tergolong kehidupan spiritual yang masuk ke Jepang , tanpa menghilangkah tradisi aslinya. Hakko ichiu sudah menjadi slogan dan pedoman wacana kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang selaku negara maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat insan dengan mengembangkan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia , tergolong Indonesia. Ajaran Hakko ichiu diperkuat oleh keterangan antropolog yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun. Untuk mewujudkan keinginannya itu , maka sebelum gerakan serdadu Jepang itu tiba ke Indonesia , Jepang sudah mengirim para mata-mata untuk tiba ke Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.

Sambutan Rakyat Indonesia
Kedatangan Jepang di Indonesia pada mulanya disambut dengan bahagia hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan selaku “Saudara Tua” yang dipandang sanggup membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa Indonesia terhadap Jepang antara lain juga dipengaruhi oleh keyakinan ramalan Jayabaya.

Di mana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang). Sementara itu , pihak serdadu Jepang terus melaksanakan propaganda-propaganda untuk terus menggerakkan bantuan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya , di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio , juga dipropagandakan bahwa barang-barang produksi Jepang itu menawan dan murah harganya , sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya. Simpati dan bantuan rakyat Indonesia itu kelihatannya juga alasannya yakni sikap Jepang yang sungguh tidak senang Belanda. Di samping itu , diperkuat pula dengan berkembangnya keyakinan wacana Ramalan Jayabaya.

Dalam ramalan jayabaya diyakini bahwa bangsa kulit kuning tiba melepaskan Indonesia dari kekejaman kulit putih. Kulit kuning yang dimaksud yakni orang Jepang , sedangkan kulit putih yakni orang Belanda. Entah ini bisa diandalkan atau tidak , namun di saat itu rakyat memang percaya dengan ramalan jayabaya ini.
Dari wikipedia bahasa Indonesia , Ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya yakni ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya diandalkan ditulis oleh Prabu Jayabaya , raja kerajaan Kadiri. Ramalan ini secara khusus dimengerti di kelompok penduduk Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga lewat kitab musasar. Prabu Jayabaya menyaksikan sejarah bukan cuma menyaksikan masa kemudian saja , namun juga menyaksikan jauh ke masa depan. Hal ini sejalan dengan usulan terbaru yang menyampaikan bahwa masa kemudian yang kita pelajari lewat sejarah , akan berarti jika berkhasiat atau berharga bagi masa depan.

Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan menolong mengembangkan rakyat Indonesia. Melalui jadwal Pan-Asia Jepang akan mengembangkan dan menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia , Jepang memastikan kembali bahwa Jepang tidak lain yakni “saudara tua” , jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya wacana Pan-Asia , Jepang berupaya membentuk asosiasi yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.

Tiga A yakni propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II yakni "Nippon Pemimpin Asia" , "Nippon Pelindung Asia" dan "Nippon Cahaya Asia". Gerakan Tiga A diresmikan pada tanggal 29 Maret 1942. Pelopor gerakan Tiga A merupakan Shimizu Hitoshi. Ketua Gerakan Tiga A dipercayakan terhadap Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A bukanlah gerakan kebangsaan Indonesia. Gerakan ini lahir semata - mata untuk menarik hati dan menawan simpati bangsa Indonesia biar mau menolong Jepang. Gerakan Tiga A pertama kali melaksanakan aktivitas di Surabaya. Gerakan ini kurang memperoleh perhatian rakyat , alasannya yakni bukan gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh alasannya yakni kurang sukses menggerakkan rakyat Indonesia dalam menolong jerih payah serdadu Jepang , maka gerakan ini dibubarkan pada tahun 1943 dan digantikan oleh Putera.

Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada pertengahan tahun 1942 muncul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang biar penduduk di tempat pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh alasannya yakni itu , pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu daerahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.
  1. Pemerintahan militer Angkatan Darat , yakni Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi.
  2. Pemerintahan militer Angkatan Darat , yakni Tentara Keenam Belas (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
  3. Pemerintahan militer Angkatan Laut , yakni (Armada Selatan Kedua) untuk tempat Kalimantan , Sulawesi , dan Maluku. Pusatnya di Makassar.
Pembagian tata kelola wilayah pendudukan semacam itu pasti juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap tempat di Indonesia , baik dari sisi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan sentra pemerintahan yang sungguh penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini menurut Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan selaku berikut.
  1. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang dulu dipegangnya diambil alih oleh panglima serdadu Jepang di Jawa.
  2. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya , asalkan memiliki kesetiaan terhadap serdadu pendudukan Jepang.
  3. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk beberapa waktu , asalkan tidak berlainan dengan hukum pemerintahan militer Jepang.
Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut yakni selaku berikut.

a. Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan (panglima tertinggi) selaku pucuk pimpinan. Panglima serdadu yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura.

b. Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama yakni Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor sentra pemerintahan militer ini disebut Gun seikanbu. Di lingkungan Gun seikanbu ini terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bu lagi , sehingga menjadi lima bu.
Adapun kelima bu itu yakni selaku berikut.
1) Somobu (Departemen Dalam Negeri)
2) Zaimubu (Departemen Keuangan)
3) Sangyobu (Departemen Perusahaan , Industri , dan Kerajinan Tangan) atau permasalahan Perekonomian
4) Kotsubu (Departemen Lalu Lintas)
5) Shihobu (Departemen Kehakiman)

c. Gunseibu (koordinator pemerintahan dengan kiprah memulihkan ketertiban dan keselamatan atau semacam gubernur) yang meliputi:
1) Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
2) Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
3) Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.
Ditambah dua tempat istimewa (Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Di dalam pemerintahan itu , Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut , juga ditetapkan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum serdadu Jepang tiba di Indonesia , Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo.

Pada permulaan pendudukan ini , secara kultural Jepang juga mulai melaksanakan perubahan-perubahan. Misalnya , untuk isyarat waktu mesti digunakan tarikh Sumera (tarikh Jepang) , mengambil alih tarikh Masehi. Waktu itu tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat Indonesia mesti merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik , Jepang melaksanakan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mengharuskan menggunakan bahasa Jepang.

Pemerintahan Sipil
Untuk mendukung kelangsungan pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer , Jepang juga berbagi pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942 , pemerintahan militer berupaya meningkatkan tata cara pemerintahan , antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 wacana hukum pemerintahan tempat dan dimantapkan dengan UU No. 28 wacana pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut , pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini , pemerintahan tempat yang tertinggi yakni shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura , kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta , dibagi menjadi daerah-daerah shu (karesidenan) , shi (kotapraja) , ken (kabupaten) , gun (kawedanan) , son (kecamatan) , dan ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu.

Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan menyerupai gubenur pada zaman Hindia Belanda mencakup kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam melakukan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian) , yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum) , Kaisaibu (bagian ekonomi) , dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga membentuk suatu kota yang dianggap memiliki posisi sungguh penting sehingga menjadi tempat semacam tempat swatantra (otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa) , yang posisi dan kewenangannya menyerupai shu yang berada pribadi di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai pola yakni Kota Batavia , selaku Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico.

Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi , yang pada masa saat ini kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan oleh pemerintah Jepang untuk memantau gerak-gerik rakyat biar sanggup dipantau oleh pemerintah Jepang.

KESIMPULAN
  1. Setelah sukses melaksanakan pengeboman Pearl Harbour tahun 1941 , gerakan Jepang menuju Asia , tergolong ke Indonesia tidak dapat terbendung.
  2. Jepang sukses menguasai Kepulauan Indonesia dengan segera dan merata.
  3. Masuk dan kedatangan serdadu Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia alasannya yakni dipandang selaku kekuatan pembebas.
  4. Jepang kemudian membentuk pemerintahan militer yang diperkuat dengan pemerintahan sipil.

Tidak ada komentar untuk "Tirani Matahari Terbit| Kemunculan Jepang Ke Indonesia"