Bunga Udumbara Ini Cuma Mekar 3000 Tahun Sekali
Sudah jadi kebiasaan penduduk kalau segala hal tidak umum dan nyeleneh dikaitkan dengan mistis , apalagi jikalau itu merupakan Bali yang memang banyak menyimpan budaya yang lekat dengan keyakinan nenek moyang . Dalam mitologi Buddha ada suatu bunga pembawa keberkatan yang jikalau didapatkan akan menenteng kita terhadap keberuntungan. Bunga yang disebut selaku Udumbara ini sempat menghasilkan gempar publik pada final 2021 lalu. Pasalnya salah satu warga Jembrana , Bali berjulukan Kadek Suardana mendapatkan bunga Udumbara di gagang pintunya.
Kadek yang ingin pertanda jikalau itu benar merupakan bunga Udumbara pribadi menemui Sulinggih (orang berkedudukan tinggi di Bali) , dan pernyataan yang diberikan benar bahwa itu merupakan bunga pembawa keberuntungan. Tapi Saboom semua belum tau bukan bagaimana rupa dan guna bunga ini? Nah , untuk lebih terperinci simak uraian Boombastis berikut
Pertama kali didapatkan di Tiongkok
Bunga Udumbara Bunga Udumbara ini pertama kali didapatkan di negeri Tirai Bambu. Di bawah suatu mesin basuh di Gunung Lushan , Provinsi Jiangxi (tidak diterangkan penemunya siapa). Tak cuma di negara Panda saja ternyata , Udumbara juga berulang kali timbul di Malaysia bahkan di Bali , Indonesia. Bunga ini bergotong-royong cukup unik. Ia tidak berkembang di tanah ataupun pot seumpama sering kita jumpai , tetapi dapat hidup di mana saja seumpama beling , baja , logam , dan melekat layaknya parasit. Seperti yang Kadek Suardana terangkan , beliau mendapatkan Udumbara di gagang pintu rumahnya dan ranting pohon jeruk.
Bunga dari nirwana yang cuma mekar 3000 tahun sekali

Bunga Udumbara yang didapatkan oleh Kadek Udumbara memiliki banyak nama. Bunga ini dapat disebut selaku Youtan Poluo , atau Udonge di beberapa negara Asia , sementara Indonesia menyebutnya Udumbara. Spesies langka ini lekat dengan mitologi bahwa beliau merupakan flora dari nirwana dan jarang dapat berkembang di bumi , pun jikalau berkembang cuma akan timbul 3000 tahun sekali. Maka tidak heran jikalau nama Udumbara rasanya cukup absurd di telinga. Kemunculan Udumbara pasti dengan satu tujuan yakni penanda munculnya pemimpin yang adil. Pemimpin di sini tidak diterangkan siapa dan bagaimana rupanya , cuma saja beliau akan lahir di wilayah Udumbara mekar.
Pembawa keberuntungan bagi siapapun yang menemukannya
Bunga pembawa keberuntungan Berdasarkan legalisasi Kadek Suardana , Udumbara di gagang pintu rumahnya didapatkan pertama kali oleh sang istri. Bunga berupa sulur dan seumpama jamur ini mengeluarkan cahaya putih. Sang Sulinggih yang menyampaikan bahwa Udumbara merupakan mukjizat menghasilkan Kadek menyimpan flora ini bertahun-tahun. Hasilnya , beliau bertubi-tubi mendapat keberuntungan. Dari keadaan ekonomi yang membaik , sampai barang jualan laku cantik pembeli.
Penelitian para luar biasa ihwal Udumbara
Bunga Udumbara Vs telur serangga Walaupun telah ada orang mengaku mendapatkan bunga dari nirwana ini , nyatanya belum ada bukti yang membenarkan hal tersebut. Dari observasi ilmiah umpamanya , menurut para spesialis belum ada akad yang menyatakan Udumbara merupakan jenis bunga. Para peneliti punya penglihatan bahwa yang selama ini diandalkan selaku bunga dari nirwana ini merupakan telur binatang Green Lacewings. Hewan ini memang memiliki telur unik berupa sulur putih seumpama jamur , disamping itu telur ini lazimnya melekat pada ranting dan dedaunan pohon. Jika dilihat lebih jeli , keduanya memang memiliki kemiripan. Apakah Udumbara dalam mitos selama ini merupakan telur binatang ini?
Saboom , tidak semua mitos , info dari lisan ke lisan , atau keyakinan nenek moyang kredibilitas ya , apalagi zaman terbaru semua dibuktikan dengan sains. Fenomena Bunga Udumbara mungkin bisa menjadi salah satu umpamanya , walaupun belum ada ilmuwan yang sukses memecahkan urusan ini , benar atau tidaknya silahkan ambil benang merahnya masing-masing. Masalah keberuntungan , semua memerlukan perjuangan untuk hasil yang memuaskan.













Tidak ada komentar untuk "Bunga Udumbara Ini Cuma Mekar 3000 Tahun Sekali"
Posting Komentar