Bahan Perhiasan Masakan (Btm)

 Bahan Tambahan Makanan (BTM)

 Bahan tambahan kuliner dipahami  ungkapan BTM yakni materi atau adonan materi secara alami Bahan Tambahan Makanan (BTM)
 Bahan Tambahan Makanan (BTM)


tujuan dari materi pelengkap - BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Bahan tambahan kuliner dipahami ungkapan BTM yakni materi atau adonan materi secara alami BUKAN ialah potongan dari materi baku pangan , tetapi ditambah kedalam pangan untuk menghipnotis sifat atau bentuk pangan , antara lain materi pewarna , pengawet , penyedap rasa , anti gumpal , pemucat dan pengental. Bahan tambahan kuliner untuk bikin kuliner terlihat lebih bermutu , lebih menawan , serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu disertakan dalam jumlah sedikit , tetapi hasilnya bikin puas bagi pelanggan dan produsen. BTM ternyata sudah usang dipakai dalam pengawetan kuliner , terlebih penggunanya sering ditemui penggunaan materi tambahahan kuliner atau zat adiktif kuliner didefinisikan selaku materi yang disertakan dan dicampurkan di saat pengolahan kuliner untuk mengembangkan mutu. Di sini materi tambahan kuliner atau zat adiktif kuliner sudah termasuk: pewarna , penyedap , pengawet , pemantap , antioksidan , pengemulsi , penggumpal , pemucat , pengental dan anti gumpal.
BTM atau zat adiktif yakni zat-zat yang disertakan pada kuliner selama proses buatan , packing atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat adiktif dalam kuliner menurut pertimbangan biar mutu dan kestabilan kuliner tetap tersadar dan untuk menjaga nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. Bahan adiktif yang diberikan pada kuliner dengan tujuan untuk memperbesar nilai gizi , misalnya yodium yang diberikan kedalam garam dapur , vitamin D yang disertakan kedalam susu , vitamin C yang disertakan kedalam minuman , vitamin A yang diberikan kedalam mentega. Kalsium yang diberikan kedalam biskuit dan lain-lain.
Bahan Tambahan Makanan alami yang berasal dari tumbuah-tumbuhan tidak mengakibatkan imbas samping yang membahayakan kesehatan manusia. Bahan Tambahan Makanan bukan alami dipahami dengan ungkapan zat adiktif sintesis , yang materi baku pembuatannya yakni dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat adiktif sintesis yang berlebihan sanggup mengakibatkan beberapa imbas samping , misalnya gatal-gatal dan kanker.
Sesungguhnya yang menjadi masalah dalam penggunaan adiktif kuliner di Indonesia sehingga timbulnya ancaman bagi pelanggan khususnya lantaran penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak semestinya. Sebagai referensi , penggunaan pewarna tekastil untuk kuliner , penggunaan materi kimia bukan adiktif kuliner selaku pengawet , misalnya formalin , borax , terusi dan sebagainnya.

1.2  Tujuan
Tujuan dalam  makalah ini yakni selaku berikut :
1.      Mengetahui apa itu Bahan Tambahan Makanan
2.      Mengetahui Fungsi dan tujuan Bahan Tambahan Makanan
3.      Mengetahui jenis-jenis Bahan Tambahan Makanan
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan sanggup menampilkan faedah pada penulis khususnya , maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari sisi wawasan dan pengertian mendalam mengenai penambahan materi tambahan pangan.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan
            Penegrtian materi tambahan kuliner (BTM) menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/IX/88 yakni materi yang biasanya tidak dipakai selaku kuliner dan bukan ialah ingredient khas kuliner , mempunyai atau tak mempunyai nilai gizi , yang dengan sengaja disertakan dan dicampurkan di saat pengolahan kuliner untuk menciptakan suatu komponen atau menghipnotis sifat khas dan mengembangkan mutu kuliner tersebut. Termasuk didalamnya pewarna , penyedap rasa dan aroma , pemantap , antioksidan , pengawet , pengemulsi , anti kempal , pematang , pemucat dan pengental. Bahan tambahan kuliner yakni materi yang secara alamiah bukan ialah potongan dari materi makanana , tetapi terdapat dalam materi kuliner tersebut lantaran perlakuan dikala pengolahan , penyimpanan atau pemanasa. Menurut FAO-WHO dengan pengertian yakni materi yang disertakan dengan sengaja kedalam kuliner dalam jumlah tertentu , dengan tujuan memperbaiki penampakan , warna , bentuk , cita rasa , tekstur , flavour dan memperpanjang daya simpan. BTM atau aditif kuliner sanggup mengembangkan nilai gizi menyerupai protein , mineral dan vitamin.

2.2  Fungsi Bahan Tambahan Makanan
Berdasarkan fungsinya , menurut peraturan Menkes No. 235 tahun 1979 , BTP sanggup dikelompokan menjadi 14 yakni : Antioksidan; Antikempal; Pengasam ,penetral dan pendapar; Enzim; Pemanis buatan; Pemutih dan pematang; Penambah gizi; Pengawet; Pengemulsi , pemantap dan pengental; Peneras; Pewarna sintetis dan alami; Penyedap rasa da aroma , Sekuestran; dll. BTP dikelompokan menurut tujuan penggunaanya di dalam pangan. Pengelompokkan BTP yang diizinkan dipakai pada kuliner sanggup digolongkan selaku : Pewarna; Pemanis buatan; Pengawet; Antioksidan; Antikempal; Penyedap dan penguat rasa serta aroma; Pengatur keasaman; Pemutih dan pamatang tepung; Pengemulsi; Pemantap dan pengental; Pengeras , Sekuestran , Humektan , Enzim dan Penambah gizi.
     
2.3  Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Makanan
   Tujuan penggunaan materi tambahan pangan yakni sanggup mengembangkan atau menjaga nilai gizi dan mutu daya simpan , bikin materi pangan lebih gampang disajikan , serta membuat lebih gampang preparasi materi pangan.
Secara khusus tujuan penggunaan BTM dalam pangan yakni untuk:
a.     Mengawetkan kuliner dengan menangkal pertumbuhan mikroba perusak pangan atau menangkal terjadinya reaksi kimia yang sanggup menurunkan mutu pangan.
b.     Membentuk kuliner menjadi lebih baik , renyah dan yummy dimulut.
c.     Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik.
d.     Meningkatkan mutu pangan.
e.      Menghemat biaya.

Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan , pengelompokan BTP yang diizinkan dipakai dalam kuliner menurut peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 yakni selaku berikut:
a.    Pewarna , yakni BTM yang sanggup memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Contoh pewarna sintetik yakni amaranth , indigotine , dan nafthol yellow.
b.    Pemanis buatan , yakni BTM yang sanggup mengakibatkan rasa manis pada kuliner yang tidak atau hamper tak mempunyai nilai gizi. Contohnya yakni Sakarin , Siklamat dan Aspartam.
c.    Pengawet yakni BTM yang sanggup menangkal atau menghalangi terjadinya fermentasi , pengasaman atau penguraian lain pada kuliner yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Contohnya: asam asetat , asam propionat dan asam benzoat.
d.    Antioksidan yakni BTM yang sanggup memghambat atau menangkal proses oksidasi lemak sehingga menangkal terjadinya ketengikan. Contohnya yakni TBHQ (tertiary butylhydroquinon).
e.    Antikempal , yakni BTM yang sanggup menangkal menggumpalnya kuliner serbuk , tepung atau bubuk.contohnya adalah: kalium silikat.
f.     Penyedap rasa dan aroma , penguat rasa , yakni BTP yang sanggup menampilkan , menembah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya Monosodium Glutamate (MSG).
g.    Pengatur keasaman (pengasam , penetral dan pendapar) , yakni BTM yang sanggup mengasamkan , menetralkan dan menjaga derajat asam makanan. Contohnya biar , alginate , lesitin dan gum.
h.    Pemutih dan pematang tepung , yakni BTM yang sanggup mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan. Contohnya yakni asam askorbat dan kalium bromat.
i.      Mengemulsi , pemantap dan pengental , yakni BTP yang sanggup menolong terbentuknya dan memantapkan system disperse yang homogen pada makanan.
j.      Pengeras yakni BTP yang sanggup memperkeras atau menangkal lunaknya makanan. Contohnya yakni kalsium sulfat , kalsium klorida dan kalsium glukonat.
k.    Sekuestan , yakni BTP yang sanggup mengikat ion logam yang terdapat dalam kuliner , sehingga memantapkan aroma , warna dan tekstur. Contohnya asam fosfat dan EDTA (kalsium dinatrium edetat).
l.       BTP lain yang tergolong materi tambahan pangan tetapi tidak tergolong golongan diatas. Contohnya antara lain: enzim , penambah gizi dan humektan.

2.4  Jenis-Jenis Cara Penambahan Bahan Tambahan Makanan
Di Indonesia , penggunaan BTM sudah dikontrol sejak tahun 1988 dalam Permenkes No. 722/MenKes/Per/IX/1988 yang dikuatkan dengan Permenkes No.1168/MenKes/Per/1999 menyebutkan bahwa yang tergolong BTM yakni pewarna , pemanis buatan , pengawet , antioksidan , antikempal , penyedap dan penguat rasa , pengatur keasaman , pemutih dan pematang tepung , pengemulsi , pengental , pengeras , dan sekuestran (untuk memantapkan warna dan tekstur makanan). (Puspasari , 2007)

a.      Berdasarkan Cara Penambahan
Pada biasanya materi tambahan pangan sanggup dibagi menjadi dua golongan besar , yakni selaku berikut:
1.      Bahan tambahan pangan yang disertakan dengan sengaja kedalam kuliner , dengan mengenali komposisi materi tersebut dan maksud penambahan itu sanggup menjaga kesejukan , cita rasa dan menolong pengolahan , selaku referensi pengawet , pewarna dan pengeras.
2.      Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja disertakan , yakni materi yang tak memiliki kegunaan dalam kuliner tersebut , terdapat secara tidak sengaja , baik dalam jumlah sedikit atau lumayan banyak jawaban perlakuan selama proses buatan , pengolahan , dan pengemasan. Bahan ini sanggup pula ialah residu atau kontaminan dari materi yang sengaja disertakan untuk tujuan buatan materi mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam kuliner yang hendak dikonsumsi. Contoh materi tambahan pangan dalam golongan ini yakni residu pestisida (termasuk insektisida , herbisida , fungisida , dan rodentisida) , antibiotik , dan hidrokarbon aromatic polisiklis.

b.      Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya , menurut peraturan Menkes No. 235 tahun 1979 , BTP sanggup dikelompokan menjadi 14 yakni : Antioksidan; Antikempal; Pengasam ,penetral dan pendapar; Enzim; Pemanis buatan; Pemutih dan pematang; Penambah gizi; Pengawet; Pengemulsi , pemantap dan pengental; Peneras; Pewarna sintetis dan alami; Penyedap rasa dan aroma , Sekuestran; dll. BTM dikelompokan menurut tujuan penggunaanya di dalam pangan. Pengelompokkan BTM yang diizinkan dipakai pada kuliner sanggup digolongkan selaku : Pewarna; Pemanis buatan; Pengawet; Antioksidan; Antikempal; Penyedap dan penguat rasa serta aroma; Pengatur keasaman; Pemutih dan pamatang tepung; Pengemulsi; Pemantap dan pengental; Pengeras , Sekuestran , Humektan , Enzim dan Penambah gizi.

a.    Pewarna
Pewarna yakni materi yang sanggup menampilkan atau memperbaiki warna pada makanan. Dengan memakai pewarna , kuliner sanggup terlihat lebih menawan danmenjadi lebih bervariasi.
Penambahan materi pewarna pada kuliner dijalankan untuk membei kesan menawan bagi pelanggan , menyeragamkan warna kuliner , menstabilkan warna , menutupi pergantian warna selama proses pengolahan , dan menangani pergantian warna selama penyimpanan. Pemerintah sudah mengendalikan penggunaan pewarna ini , tetapi masih banyak produsen pangan yang memakai bahan-bahan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan , misalnya pewarna untuk tekstil atau cat yang biasanya mempunyai warna lebih cerah , lebih stabil selama penyimpanan , dan harga lebih murah. Alternatif lain untuk mengambil alih penggunaan pewarna sintetis yakni dengan memakai pewarna alami menyerupai ekstrak daun pandan atau daun suji , kunyit , dan ekstrak buah-buahan yang lebih aman. Beberapa pewarna alami yang diizinkan dipakai dalam kuliner diantaranya yakni : Karamel , Beta-karoten , Klorofil , dan Kurkumin.
Secara garis besar menurut sumbernya dipahami dua jenis zat pewarna , yakni pewarna alami dan pewarna sintesis. Beberapa pewarna alami yang ikut menyumbangkan nilai nutrisi ( karotenoid , riboflavin dan kobalamin) ialah bumbu (unir dan pabrika) atau pemberi rasa (karamel). Beberapa materi pewarna alami yang berasal dari tumbuhan dan binatang diantaranya yakni klorofil , mioglobin dan hemoglobin , antosianin , flavonoid , thanin , betalain , quinon dan santon serta karotenoid.
Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam materi pangan disebut selaku Permittet Colour atau Certified Colour. Proses sertifikasi mencakup pengujian kimia , biokimia , toxikologi dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Pemakaian materi sintetis dalam pangan walaupun mempunyai pengaruh positif bagi pelanggan dan produsen diantranya sanggup bikin suatu pangan lebih menawan , meratakan warna pangan dan mengemabalikan warna dari materi dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan juga mempunyai pengaruh negatif bila:
1.   Dimakan dalam jumlah kecil tetapi berulang
2.   Dimakan dalam rentang waktu lama
3.   Daya tahan tubuh yang berbeda-beda
4.   Pemakaian secara berlebihan
5.   Penyimpanan yang tidak menyanggupi syarat

b.    Pemanis Buatan
Zat pemanis sintesi ialah zat yang sanggup mengakibatkan rasa manis atau sanggup menolong mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut , sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula (winarno , 1997).
Tanaman penghasil pemanis utama yakni tebu (saccharum officanarum L) dan bit (beta fulgaris L). Beberapa materi pemanis yang sering dipakai adalah
1.    Sukrosa                             6.  D-Fruktosa
2.    Laktosa                             7.  Sorbitol
3.    Maltosa                             8.  Manitol
4.    Galaktosa                          9.  Gliserol
5.    D-Glukosa                        10. Glisina
Pemanis sintesis yakni materi tambahan yang sanggup mengakibatkan rasa manis terhadap materi pangan tetapi tak mempunyai nilai gizi. Contohnya :
1.    Sakarin                              4. Dulsin
2.    Siklamat                            5. Sorbitol sintesis
3.    Aspartam                           6. Nitro-propoksi anilin
Tujuan penggunaan pemanis sintesis:
1.    Sebagai pangan bagi penderita diabetes melitus , lantaran tidak mengakibatkan keistimewaan gula darah.
2.    Memenuhi keperluan kalori rendah untuk penderita kegemukan
3.    Sebagai penyalut obat
4.    Menghindari kerusakan gigi pada industri
5.    Menekan ongkos produksi

c.    Pengawet
Bahan pengawet biasanya dipakai untuk memperpanjang masa simpan materi kuliner yang mempunyai sifat gampang rusak. Bahan ini sanggup menghalangi atau memperlambat proses degradasi materi pangan khususnya yang disebabkan oleh aspek biologi. Penggunaan pengawet dalam kuliner mesti tepat , baik jenis maupun dosisnya. Suatu materi pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan kuliner tertentu , tetapi tidak efektif untuk mengawetkan kuliner yang lain lantaran kuliner mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang hendak dihambat pertumbuhannya juga berbeda. Zat pengawet dibedakan menjadi pengawet oganik dan anorganik.

1.    Zat Pengawet Anorganit
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai yakni sulfit , hidrogen peroksida , nitrat dan nitrit. Selain selaku pengawet sulfit sanggup berinteraksi dengan gugus karbonil. Hasil reaksi itu akan mengikat melanoidin sehingga menangkal timbulnya warna coklat. Sulfur dioksida berfungsi selaku anti oksidan dan mengembangkan daya kembang terigu.
Garam nitrat dan nitrit dipakai pada proses curing daging untuk menerima warna yang bagus dan menangkal pertumbuhan mikroba menyerupai clostridum botulinum. Selain nitrit , ada juga materi pengawet alami yang lain , menyerupai :
a.    Gula merah: Selain selaku pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan menyerupai halnya gula tebu.
b.    Garam: Garam ialah pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut. Ikan asin sanggup bertahan hingga berbulan-bulan lantaran efek garam.
c.    Kunyit: Kunyit , selain selaku pewarna , juga berfungsi selaku pengawet. Dengan penggunaan kunyit , tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
d.    Kulit kayu manis: Di beberapa kawasan di belahan Kulit kayu manis ialah kulit kayu yang berfungsi selaku pengawet lantaran banyak mengandung asam benzoat. Selain itu , kayu manis juga berfungsi selaku pemanis dan pemberi aroma.
e.    Cengkih : Cengkih ialah pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tumbuhan cengkih. Selain selaku pengawet , cengkih juga berfungsi selaku penambah aroma.

2.    Zat Pengawet Organik
Zat kimia yang sering dipakai selaku materi pengawet yakni asam sorbat , asam propionat , asam benzoat , asam asetat , dan epoxida.
a.    Benzoat: Benzoat banyak didapatkan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan) , sari buah , nata de coco , kecap , saus , selai , dan agar-agar diawetkan dengan memakai materi jenis ini.
b.    Sulfit: Bahan ini biasa ditemui dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan kentang , sari nanas , dan udang beku biasa diawetkan dengan memakai materi ini.
c.    Propil galat: Digunakan dalam produk kuliner yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga sanggup dipakai selaku antioksidan.
d.    Garam nitrit: Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini khususnya sekali dipakai selaku materi pengawet keju , ikan , daging , dan juga daging olahan menyerupai sosis , atau kornet , serta kuliner kering menyerupai camilan manis kering. Perkembangan mikroba sanggup dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya , pertumbuhan clostridia di dalam daging yang sanggup membusukkan daging.
e.    Asam asetat: Asam asetat dipahami di kelompok penduduk selaku asam cuka. Bahan ini menciptakan rasa masam dan jikalau jumlahnya terlampau banyak akan mengusik selera lantaran materi ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat sering dipakai selaku komplemen di saat makan acar , mi ayam , bakso , atau soto. Asam asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar , saos tomat , dan saus cabai.
f.     Propianat: Jenis materi pengawet propianat yang sering dipakai yakni asam propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghalangi kapang juga sanggup menghalangi pertumbuhan bacillus mesentericus yang mengakibatkan kerusakan materi makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya memakai materi ini.
g.    Sorbat: Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat.Sorbat sering dipakai dalam pengawetan margarin , sari buah , keju , anggur , dan acar. Asam sorbat sungguh efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa kuliner pada tingkat yang diperbolehkan.

3.    Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet
Secara biasa penambahan pengawet pada penambahan materi pangan berniat selaku berikut :
a.    Menghambat mikroba pembusuk pada pangan , baik yang bersifat patogen maupun yang tidak bersifat patogen.
b.    Memperpanjang umur simpan pangan.
c.    Tidak menurunkan mutu gizi , warna , cita rasa dan anyir materi pangan yang diawetkan.
d.    Tidak untuk menyembunyikan kondisi pangan yang bermutu rendah.
e.    Tidak dipakai untuk menyembunyikan penggunaan materi yang salah atau yang tidak menyanggupi persyaratan.
f.     Tidak dipakai untuk menyembunyikan kerusakan materi pangan

d.    Antioksidan
Antioksidan ialah senyawa yang sanggup memperlambat oksidasi di dalam materi pangan. Penggunaan antioksidan yakni pada lemak hewani , minyak nabati , produk lemak tinggi , produk daging , produk ikan , dll. Antioksidan dipakai untuk menangkal terjadinya ketengikan pada kuliner jawaban proses oksidasi lemak , atau minyak yang terdapat di dalam makanan. Jenis antioksidan :
1.    Asam askorbat
2.    Asam eritrobat
3.    Askorbil palmitat
4.    Askorbil stearat
5.    Butil hidroksianisol (BHA)
6.    Butil hidroksitoluen
7.    Dilauril tiodipropionat
8.     Propilgalat
9.    Timah 2 klorida
10.  Alpatokoferol

e.    Antikempal
Antikempal yakni materi tambahan pangan yang sanggup menangkal mengempalnya pangan berupa serbuk dan tepung. Jenis antikempal :
1.    Garam stearat
2.    Kalsium fosfat
3.     Ferosianida
4.    Magnesium oksida
5.    Garam-garam asam silikat

f.    Penyedap dan Penguat Rasa Serta Aroma
Penyedap rasa dan aroma yakni materi tambahan pangan yang sanggup menampilkan , memperbesar atau mempertegas rasa dan aroma (menkes RI , 1988).
1.    Tujuan penggunaan :
a.      Merubah aroma hasil olahan
b.      Modifikasi komplemen atau penguat aroma
c.      Menutupi atau menyembunyikan aroma yang tidak disukai
d.      Membentuk aroma gres atau menghilangkan materi pangan
2.    Jenis materi penyedap
a.    Penyedap alami
Penyedap alami berasal dari bumbu , herba dan daun.
1.    Contoh bumbu : merica , kayu manis , pala , jahe dan cengkeh.
2.    Contoh herba (sebangsa rumput) dan daun    : sereh , daun pandan , daun salam , rosemari , oregano , tarragon dan marjoran.
b.    Minyak esensial dan turunannya
Minyak esensial dihasilkan dari bagian-bagian tumbuhan menyerupai bunga (minyak neroli) , tunas (cengkeh) , biji (merica , ketumbar , adas) , buah (limau) , dsb.
c.    Oleoresin
Dibuat dari proses perkolasi zat pelarut yang bersifat volatil terhadap bumbu atau herba yang sudah digiling
d.    Isolat penyedap
Untuk mendapat penyedap alami sanggup dijalankan isolasi komponen yang terdapat dalam materi yakni dengan memisahkan masing-masing zat penyedap aroma , misalnya isolasi minyak esensial tumbuhan dengan cara destilasi , kristalisasi dan ekstraksi.
e.    Penyedap dari sari buah
Sari  buah sebagian besar yakni air , mempunyai komponen aroma asam , warna dan materi padat menyerupai gula , pektin dan mineral.
f.     Eksrak tumbuhan dan hewan
Contoh     : ekstrak kopi , coklat , vanili dan sebagainya
g.    Penyedap sintesis
Beberapa komponen penyedap sintesis berperan selaku penguat aroma pada penyedap alami , referensi asetel dehida. Contoh penyedap sintesis yang menampilkan aroma etil butirat atau etil 3 hidroksi butirat sanggup menampilkan aroma anggur. Sedangkan referensi materi aromatik kimia selaku penyedap yakni eter , asam , alkohol , keton , lakton , merkaptan , dll.

g.  Pengatur Keasaman
Pengatur keasaman ialah senyawa kima yang bersifat asam dan ialah salah satu dari materi tambahan pangan yang sengaja disertakan ke dalam pangan dengan banyak sekali tujuan.
Fungsi pengatur keasaman pada kuliner yakni untuk bikin kuliner menjadi lebih asam , lebih basa , atau menetralkan makanan. Pengatur keasaman mungkin disertakan pribadi ke dalam kuliner , tetapi kadang kala terdapat di dalam bahan-bahan yang dipakai untuk bikin makanan. Beberapa pengatur keasaman yang diizinkan untuk dipakai dalam kuliner , diantaranya yakni aluminium amonim/ kalium/ natrium sulfat , asam laktat , asam sitrat , kalium , dan natrium bikarbonat.

h.    Pemutih Dan Pamatang Tepung
Pemutih dan pematang tepung yakni materi yang sanggup mempercepat proses pemutihan dan sekaligus pematangan tepung sehingga sanggup memperbaiki mutu hasil pemanggangan , misalnya dalam pengerjaan roti , kraker , biskuit , dan kue. Beberapa materi pemutih dan pematang tepung yang diizinkan untuk kuliner diantaranya yakni asam askorbat , kalium bromat , natrium stearoil-2-laktat.
1.    Pemutih dan pematang tepung
a.    Asam askorbat (vit C)
b.    Aseton peroksida
c.    Azodikarbonamida
d.    Kalsium steroil 2 laktilat , natrium stearil fumarat dan natrium stroil 2 laktilat
e.    L sistein

2.    Bahan pengeras
a.    Aluminium amonium sulfat
b.     Aluminium kalium sulfat
c.    Kalsium karbonat
d.    Kalsium klorida
e.    Kalsium sitrat
f.     Kalsium fosfat , dll

i.      Pengemulsi
Pengemulsi yakni suatu materi yang sanggup meminimalisir kecepatan tegangan permukaan dan tegangan dua fase yang dalam kondisi wajar tidak saling melarutkan , menjadi sanggup bercampur dan berikutnya sanggup membentuk emulsi.
Fungsi dari pengemulsi , pemantap dan pengenatl dalam kuliner yakni untuk memantapkan emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil , tidak meleleh , tidak terpisah antara potongan lemak dan air , serta mempunyai tekstur yang kompak. Bahan-bahan pengemulsi , pemantap dan penstabil yang diizinkan dipakai dalam kuliner diantaranya biar , alginate , dekstrin , gelatine , gum , karagenan , lesitin , CMC , dan pektin.
Nama Bahan Tambahan Pangan
   
Jenis Bahan Pangan
Agar
   
Es krim , yoghurt , keju olahan , sardin , kaldu
Amonium alginat
   
Es krim
Asam alginat
   
Sardin , keju
Asetil dipati adipat
   
Yoghurt , kaldu
Asetil dipati gliserol
   
Es krim , sardin , sayur kalengan , pangan bayi
Dekstrin
   
Es krim , yoghurt , keju , kaldu
Dikalsium fosfat
   
Keju , susu evaporasi , SKM , krim , susu bubuk
Dinatrium bifosfat
   
Keju



j.      Pengeras
Pengeras disertakan ke dalam kuliner untuk bikin kuliner menjadi lebih keras atau menangkal kuliner menjadi lebih lunak. Beberapa materi pengeras yang diizinkan untuk kuliner diantaranya kalsium glukonat , kalsium klorida , dan kalsium sulfat.

k.    Sekuestran
Sekuestran yakni materi yang sanggup mengikat ion logam pada kuliner sehingga memantapkan warna dan tekstur kuliner , atau menangkal pergantian warna-warna makanan. Beberapa materi sekuestrans yang diizinkan untuk kuliner di antaranya yakni asam fosfat , iso propil sitrat , kalsium dinatrium edetat (EDTA) , monokalium fosfat , dan natrium pirofosfat.

l.      Enzim Dan Penambah Gizi.
Enzim yakni BTM yang berasal dari binatang , tumbuhan atau mikroba , yang sanggup menguraikan komponen pangan tertentu secara enzimatis , sehingga bikin kuliner menjadi lebih empuk , lebih larut dll. Penambahan gizi yakni penambahan berupa asam amino , mineral dan vitamin , baik tunggal maupun adonan yang sanggup mengembangkan nilai gizi makanan. Humektan yakni BTM yang sanggup menyerap uap air sehingga menjaga kadar air materi pangan.

2.5   Dosisi Yang Di Izinkan Bahan Tambahan Makanan
Penggunaan materi tambahan pangan sebaiknya dengan porsi dibawah ambang batas yang sudah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yakni GRAS (Generally Recognized as Safe) , zat ini kondusif dan tak mempunyai pengaruh toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis yang lain yakni ADI (Acceptable Daily Intake) , jenis ini senantiasa ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/ melindungi kesehatan konsumen.
Di Indonesia sudah disusun peraturan ihwal Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan disertakan dan yang tidak boleh (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatan dikontrol dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999.
Menurut Depkes RI (2004) yang dikutip oleh Sari (2010) , intinya pesyaratan materi tambahan pangan yang dipakai yakni selaku berikut :
1.    Harus sudah mengalami pengujian dan penilaian toksikologi
2.    Harus tidak membahayakan kesehatan pelanggan pada kadar yang diharapkan dalam penggunaanya.
3.     Harus senantiasa dipantau terus-menerus dan dijalankan penilaian kembali jikalau perlu sesuai dengan pertumbuhan teknologi dan hasil penilaian toksikologi.
4.    Harus senantiasa menyanggupi tolok ukur spesifikasi dan kemurnian yang sudah ditetapkan.
5.    Harus dibatasi penggunaannya cuma untuk tujuan tertentu dan cuma jikalau maksud penggunaan tersebut tidak sanggup diraih dengan cara lain secara hemat dan teknis.
6.    Sedapat mungkin penggunaannya dibatasi biar kuliner tertentu dengan maksud tertentu dan kondisi tertentu serta dengan kadar serendah mungkin tetapi masih berfungi menyerupai yang diharapkan (Viana , 2012).

a.        Pengawet Makanan
1.    Asam Benzoat /Benzoic Acid      :           Dosis 1g/kg adonan
2.    Sodium Benzoat/Pengawet         :           Dosis 1g/kg adonan
3.    Asam Propionat(Propionic Acid  :           Dosis 2g/kg (untuk roti)
4.    Belerang Dioksida Dosis             :           500mg/kg

b.      Pewarna Makanan
1.    Ponceau 4R/Pewarna Saos Sambal       : Dosis 300mg/kg(makanan)   70mg/kg(minuman)
2.    Merah Allura/Allura Red  : Dosis70mg/kg (makanan) 300mg/kg (minuman)
3.    Erytrosine                         : Dosis 300mg/kg
4.    Kuning FCF
5.    Sunset Yellow

c.       Pemanis
1.    Sakarin                                         : Dosis 2 ,5mg/kg berat badan/hari
2.    Sodium Siklamat/Pemanis          : Dosis 11mg/kg berat badan/hari
3.    Aspartam                                     : Dosis 40mg/kg berat badan/hari
4.    Sorbitol (digunakan untuk penderita Diabetes dan orang yang memerlukan kalori rendah)

d.      Penyedap Rasa Dan Aroma:
1.    MSG (Mono Sodium Glutamate) Micin/Vetsin   : Dosis 120mg /kg berat tubuh /hari

e.       Pemutih & Pematang Tepung
1.    Asam Askorbat/Ascorbic Acid/Vitamin C : Dosis 200mg/kg berat badan/hari
2.    Aceton peroksida secukupnya.

f.       Pengental
1.    Pectin       : Dosis 10g/kg (ada 2 macam: Pectin Apple & Pectin Citrus)
2.    Gelatin      : Dosis 5g/kg CMC/Carboxy Methyl Cellulose

g.       Pengeras
1.    Calplus FG           : Dosis 260mg/kg
2.    Polis Alum Crystal (acar).


h.      Anti Oksidan
1.    Asam Ascorbat/Ascorbic Acid/Vitamin C : Dosis 500mg/kg produk daging
2.    BHT Dosis 200mg/kg  anti tengik untuk minyak goreng.
3.    TBHQ Dosis anti tengik untuk minyak goreng.

i.        Pengatur Keasaman
1.    Untuk menurunkan PH.
2.    Citric Acid/Asam Sitrat (jeruk)        :           Dosis 3g/kg
3.    Malic Acid /Asam Malat (apel)
4.    Tartaric Acid (anggur)
5.    Buffer Liquid/Buffered Lactic  Acid /asam susu
6.    Untuk memaksimalkan PH
7.    Soda Kue/Sodium Bikarbonat       :           Dosis 2g/kg
8.    Soda Kie S/ Sodium Carbonate

j.        Anti Kempal/Anti Gumpal/Anti Cacking Agent
1.    Magnesium Karbonat/Magnesium Carbonate 20g/kg
2.    Magnesium Stearat  15g/kg
3.    ACA/Silica
4.    Premium ACA/Light Silica

k.      SEKUESTRAN:
1.    Asam Fosfat 5g/kg
2.    Citric Acid/Asam Sitrat secukupnya


2.6   Bahaya Atau Resiko Penggunaan Bahan Tambahan Makanan
                        BTM sanggup berupa ekstrak materi alami atau hasil sintesis kimia. Bahan yang berasal dari alam biasanya tidak berbahaya , sementara BTP palsu atau sintetik mempunyai risiko terhadap kesehatan jikalau disalahgunakan pemakaiannya. Produsen pangan skala rumah tangga atau industri kecil memakai Bahan tambahan yang dinyatakan berbahaya bagi kesehatan lantaran argumentasi biaya. Tidak jarang , produk pangan disertakan zat yang bukan untuk kuliner tetapi untuk industri lain , misalnya untuk tekstil , dan cat. Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) mendapatkan banyak produk-produk yang mengandung formalin. Formalin bersifat desinfektan , pembunuh hama , dan sering dipakai untuk mengaetkan mayat. Pewarna tekstil menyerupai Rhodamin B sering pula didapatkan pada kerupuk dan terasi. Mengkonsumsi kuliner yang mengandung formalin atau Rhodamin sanggup mengakibatkan kerusakan organ dalam tubuh dan kanker.
Dapat kita pahami banyak jenis BTP yang sanggup dipakai secara legal. Namun pada kenyataannya masih banyak para produsen kuliner yang memakai materi additive terlarang pada kuliner khususnya kuliner kecil.
Beberapa materi tambahan yang tidak boleh dipakai dalam kuliner menurut
PerMenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 , selaku berikut :
1.    Natrium tetraborat (boraks)
2.    Formalin (formaldehyd)
3.     Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)
4.     Kloramfenikol (chlorampenicol)
5.     Kalium klorat (pottasium clorate)
6.     Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate , DEPC)
7.     Nitrofuranzon (nitrofuranzone)
8.     P-Phenetil Karbamida (p-Phenethycarbamide , dulcin , 4-ethoxyphenyl urea)
9.     Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)

Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI nomor 1168/Menkes/PER/X/1999 , selain materi tambahan diatas masih ada tambahan kimia yang tidak boleh menyerupai Rhodamin B (Pewarna merah , methanyl yellow (pewarna kuning) , Dulsin (pemanis sintetis) dan kalsium bromat (pengeras).
Asam borat atau Boraks (boric acid) ialah zat pengawet berbahaya yang tidak dizinkan dipakai selaku adonan materi makanan. Boraks yakni senyawa berupa kristal putih , tidak berbau , dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air , boraks bermetamorfosis natrium hidroksida dan asam borat.
Boraks biasanya dipakai untuk mematri logam , pengerjaan gelas dan enamel , selaku pengawet kayu , dan pembasmi kecoa. Boraks ini sering disalah pakai untuk dicampurkan dalam pengerjaan baso , tahu , ikan asin , mie dll.
Boraks bersifat iritan dan racun bagi sel-sel tubuh , berbahaya bagi susunan saraf sentra , ginjal dan hati. Jika tertelan sanggup mengakibatkan kerusakan pada usus , otak atau ginjal. Kalau dipakai berulang-ulang serta kumulatif akan tertimbun dalam otak , hati dan jaringan lemak. Asam boraks ini akan menyerang metode saraf sentra dan mengakibatkan tanda-tanda kerusakan menyerupai rasa mual , muntah , diare , kejang perut , iritasi kulit dan jaringan lemak , gangguan peredaran darah , kejang-kejang kesannya koma , bahkan janjkematian sanggup terjadi lantaran ada gangguan metode sirkulasi darah.

Asam salisilat sering disebut aspirin. Pada aspirin ini yakni analgetik dan anti-inflamasi. Penelitian sudah menampilkan bahwa aspirin sanggup meminimalisir jumlah asam folat dalam darah , walaupun kepastian pergantian belum terbukti.  Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid) sanggup menangkal terjadinya penjamuran pada buah dan sudah dipakai dalam pabrik cuka. Namun , penggunaan asam salisilat selaku pengawet kuliner menyerupai yang dikontrol Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet kuliner pada produsen-produsen kuliner yang nakal.

Asam salisilat tidak boleh dipakai selaku materi pengawet kuliner di Indonesia. Pasalnya , asam salisilat mempunyai iritasi besar lengan berkuasa di saat terhirup atau tertelan. Bahkan di saat ditambah air , asam salisilat tetap menampilkan gangguan kesehatan pada tubuh lantaran sanggup mengakibatkan nyeri , mual , dan muntah jikalau tertelan.

Pada suatu sebuah survei terhadap sup sayuran , disebutkan bahwa sup sayuran nonorganik mengandung asam salisilat nyaris enam kali lipat dibandingkan dengan sup sayuran organik. Kandungan asam salisilat dalam tumbuhan secara alami mempunyai kegunaan untuk tumbuhan bertahan dari serangan penyakit. Namun bila kandungan asam salisilat melampaui dan berlebihan masuk ke dalam tubuh , maka gangguan kesehatan sanggup terjadi , misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan.
Dietilpirokarbonat (DEP) tergolong di dalam materi kimia karsinogenik mengandung unsur kimia C6H10O5 yakni materi kimia sintetis yg tdk didapatkan dlm produk-produk alami dan dipakai selaku pencegah peragian pada minuman yang mengandung alkohol maupun minuman yang tidak beralkohol. DEP sering dipakai untuk susu dan produk susu , bir , jus jeruk dan minuman buah-buahan lain sehingga minuman ini sanggup bertahan lama. DEP apabila masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi dalam jangka panjang , sanggup menyebabkan timbulnya kanker.

Dulsin yakni pemanis sintetik yang mempunyai ras manis kira-kira 250 kali dari sukrosa atau gula tebu , yang tidak didapatkan pada produk-produk pemanis alami lainnya. Dulsin sudah disarankan untuk dipakai selaku pemanis tiruan. Dulsin ditarik total dari peredaran pada tahun 1954 setelah dijalankan pengetesan dulsin pada binatang dan menampakkan sifat karsinogenik yang sanggup menyebabkan hadirnya kanker.

Formalin ialah zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini tergolong materi beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi , akan bereaksi secara kimia dengan nyaris semua zat yang terdapat dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan mengakibatkan janjkematian sel yang mengakibatkan keracunan pada tubuh. Formalin yakni larutan 37 persen formaldehida dalam air , yang biasanya mengandung 10 hingga 15 persen metanol untuk menangkal polimerasi. Formalin sanggup dipakai selaku materi anti septik , disenfektan , dan materi pengawet dalam biologi. Zat ini juga ialah anggota paling sederhana dan kelompok aldehid dengan rumus kimia HCHO.

Kalium bromat (potasium bromat) dipakai untuk memperbaiki tepung yang sanggup mengeraskan kue. Kalium bromat dipakai para pembuat roti maupun perusahaan pembuat roti untuk menolong proses pengerjaan roti dalam panggangan dan bikin tekstur bentuk yang lebih anggun pada proses solusi selesai produknya.bila dipakai dalam jumlah kecil , zat ini akan hilang selama pembakaran atau pemanasan. Bila terlampau banyak dipakai ,sisas kalium bromat akan tetap banyak dalam roti.

Kalium bromat tidak boleh pada beberapa negara lantaran dianggap selaku karsinogen , pemicu kanker. The Centre for Science in teh Public Interest (CPSI) , suatu forum advokasi nutrisi dan kesehatan ternama di Amerika Serikat , mengajukan tuntutan terhadap food and Drug Administration (FDA) untuk melarang penggunaan kalium bromat. Di negara-negara Eropa , Inggris , da Kanada , kalium bromat sudah tidak boleh mulai 1990 an.

Kalium klorat (KClO3) salah satu fungsinya selaku pemutih , sehingga sering dimasukkan dalam obat kumur pemutih dan pasata gigi. Sejak tahun 1988 , Pemerintah Indonesia sudah melarang penggunaan kalium klorat selaku materi tambahan kuliner lantaran senyawa ini sanggup menghancurkan tubuh bahkan kematian. Jika terpapar dalam rentang waktu usang sanggup mengakibatkan methemoglobinemia (kelainan dalam darah) , kerusakan hati dan ginjal , iritasi pada kulit , mata , dan saluran pernapasan. Bila dikonsumsi serentak dengan produk pangan , kalium klorat sanggup mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan , gejalanya mual , muntah dan diare.









BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1.    Bahan Tambahan Makanan (BTM) yakni senyawa yang sengaja disertakan ke dalam kuliner dengan jumlah dan ukuran tertentu dan teribat dalam proses pengolahan , packing , dan atau penyimpanan.
2.    BTM secara biasa berniat untuk mengembangkan nilai gizi kuliner , memperbaiki nilai estetika dan sensori makanan. Dan memperpanjang umur simpan (shelf life) makanan.
3.  BTM menurut yakni sebagai: Antioksidan; Antikempal; Pengasam ,penetral dan pendapar; Enzim; Pemanis buatan; Pemutih dan pematang; Penambah gizi; Pengawet; Pengemulsi , pemantap dan pengental; Pengeras; Pewarna sintetis dan alami; Penyedap rasa dan aroma , Sekuestran; dll
4. BTM yang tidak boleh penggunaannya: Boraks , formalin , minyak nabati yang dibrominasi , dietilpirokarbonat kloramfenikol , kalium klorat , nitrofurazon , dulcin , asam salisilat dan garamnya




DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini , Sri. 2008. Keamanan Pangan Kaitannya dengan Penggunaan Bahan Tambahan dan Kontaminan. Diakses di : http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/732_pp0906016.pdf

Cahyadi ,W.2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.PT Bumi Aksara. Jakarta

Effendi ,S.2012. Teknologi Dan Pengawetan Pangan. Cv Alfabeta. Bandung

Saparinto , Cahyo dan Hidayati , Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius

Tejasari.2005. Nilai-Nilai Pangan.Graha Ilmu.Yogyakarta


Dengan adanya pemberitahuan yang kami suguhkan tentang  tujuan dari materi pelengkap

, cita-cita kami mudah-mudahan anda sanggup terbantu dan menjadi suatu rujukan anda. Atau juga anda sanggup menyaksikan referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya ihwal Produk Hiasan 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : https://rizkydewifianita.blogspot.co.id/2021/04/bahan-tambahan-makanan.html

Tidak ada komentar untuk "Bahan Perhiasan Masakan (Btm)"